KULIAH Part I
Akhirya Kuliah Lagi...,
Tidak seperti kebanyakan teman-teman yang sebaya beberapa tahun lalu, tepatnya tahun 2005 setelah saya lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 02 Maros yang biasa orang sebut SMADA Maros yang kita kenal sekarang Sekolah Menengah Atas Negeri. 03 atau SMAGA atau nama lain MAN MODEL yang hadir dari akibat reformasi nama-nama Sekolah oleh Bapak Bupati Maros Ir. H. M. Hatta Rahman, MM. Menikmati pendidikan di Perguruan Tinggi (PT) adalah sesuatu yang hampir mustahil saat itu, mengingat orang Tua di rumah sulit sekali mengeluarkan kata "Restu/Setuju" untuk lanjutkan pendidikan di PT karena kondisi yang memang hampir mustahil saat itu, ditambah lagi hasil Tes Intelengensi waktu kelas 2 SMA yang menerangkan bahwa bagaimanapun usahaku untuk lanjutkan pendidikan, Tim hanya garansi bahwa maksimal hanya pendidikan Diploma III yangbisa saya Raih.
Yah mustahil, kata yang paling saya benci sampai saat ini, kata yang mungkin tidak membuatku jadi siapa-siapa bila saya meyakininya, kata yang harus di buang jauh-jauh dari orang-orang yang sedang terpuruk atau siapapun yang ingin maju. Kurang lebih satu tahun saya menganggur karena sempat terbawa arus kemustahilan tetapi akhirnya saya keluar dari ujian ini.
Suatu ketika, saya mendapatkan info dari salah satu teman lama mengenai penerimaan mahasiswa baru tepatnya tahun 2006 lalu, saat itu saya memberanikan diri untuk menabrak keadaan. Tanpa sepengetahuan Orang Tua di rumah saya mendaftarkan diri ke Kampus YAPIM dan tanpa panjang lebar saya pilih Jurusan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) dengan biaya pendaftaran kurang lebih Rp. 160.000. Meskipun biaya kecil itupun uangnya saya peroleh dari hasil jual Handphone Rp. 250.000/ 2 buah Handhone termurah pada saat itu.
Setelah lulus dan ikuti Ospek, akhirnya saya kuliah. Alangkah bahagianya saya saat itu, akhirnya kuliah juga kataku. tetapi kebahagiaan itu tidak bertahan lama, beberapa hari kuliah Dosen menawarkan buku-buku referensi mata kuliahnya untuk di beli, tidak mahal sih tetapi untuk mahasiswa macam saya itu butuh beberapa waktu untuk dilunasi. Ah masa kalah dengan yang lain (dalam hati) sambil juga omelin diri sendiri " siapa suruh masuk kuliah, gak kasi tau orang tua lagi", tetapi tidak habis cara untuk cari solusinya, saya jadi buruh bangunan senin-jum'at dan sabtu-minggu kuliah.
Akhirnya saya bisa jalani kuliah dengan cukup nyaman. Dengan menjadi ketua tingkat, solusi-solusi mudah saya dapatkan dari Dosen dan Staf Kampus seperti Pak Sahrir Kabid. Keuangan Yapim dan kebetulan Dosen saya saat itu. Keberadaan mereka cukup membantu selama menjalani kuliah, 2,3 masalah bisa teratasi dengan konsultasi dengan mereka. Jauh sekali dengan Pegadaian, di Kampus cukup menulis surat pernyataan yang kita sendiri tidak tahu kekuatan hukumnya bisa selesaikan masalah untuk sementara.
Saat menjalani perkuliahan saya lupa bahwa sampai saat itu saya belum dapatkan restu dari orang tua. Meskipun Kuliah bermodalkan Pulpen semata, namun suatu ketika pulang dari kampus orang tua saya melihat beberapa catatan kuliah dari kertas-kertas minder pemberian teman, saat itu orang tua sempat kawatir dengan aktivitas saya beberapa hari belakangan ini, mereka kawatir melihat saya selalu pergi sore pulang Pagi, hingga bertanya tentang semua itu...saya pun takut berbohong, akhirnya menceritakan semuanya bahwa selama ini saya kuliah dan pergi sore pulang pagi itu karena saya ikuti Basic Training (Pelatihan Dasar) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat STKIP Maros. Mau tidak Mau yah mereka harus mau setuju pada saat itu. Saya hanya katakan bahwa saya tetap akan kuliah meskipun dilarang dan lakukan apa yang menurut saya baik untuk masa depanku, saya hanya butuh restu dan bila dikemudian hari saya tidak bisa bayar kuliah dan harus berhenti karenanya, saya akan berhenti karena pendidikan tidak hanya dinilai dari status gelar, ijasah, tetapi ilmu harus menjadi kesyukuran utama bila kitamendapatkannya. Akhirnya selesai juga masalah yang satu ini.
Beberapa tahun kemudian saat semester VII lalu, semester yang cukup membuat saya Galau. Galau karena ingin melanjutkan tetapi saat itu kita butuhkan biaya yang cukup besar, sedangkan untuk mundur akan banyak sekali pengorbanan yang akan terabaikan, yah kesimpulannya " Maju Kena, Mundur pun Kena",Akhirnya keputusanku memilih untuk tidak melakukan kedua-duanya, karena solusi saya saat itu cuti dengan harapan tahun depan Allah Yang Maha Bijaksana memberikan saya kemudahan.
Karena terlena dengan status cuti, saya jalani hingga kurang lebih 03 tahun. Hampir setiap hari saya di lekatkan panggilan"Mapala" atau dengan kata lain Mahasiswa Paling Lama, akibatnya setumpuk malu sedikit menyadarkan saya untuk kembali kuliah, bahkan Saya dengar sudah ada teman STIM dulu yang udah selesaikan Megisternya. Dalam hati mengatakan "Apa-apaan saya ini", saya harus lanjutkan kuliah dan bagaimanapun caranya saya harus selesai tahun depan...ti..tik.
Akhirya kuliah lagi, seperti yang saya tetapkan sebagai Tema tulisan ini. Karena mata kuliah sudah saya tempuh tinggal sesuatu yang saya anggap "Tembok Besar" perkuliahan yaitu Kuliah Kerja Lapangan Plus atau yang sering kita sebut KKLP, Ujian Proposal, Ujian Skripsi, dan Wisuda Insyaallah. Kadang teman-teman tidak percaya bahwa saya masih mahasiswa tetapi itulah kenyataannya, mungkin efek dari tidak adanya restu orang tua di awal perjalanan perkuliahan saya. Mau percaya atau tidak, ini hanya Asumsi belaka yang kebenarannya 99 % tidak benar.
Tahun ini saya awali dengan teman-teman kalau tidak salah angkatan 2009. Saya merasa asing berada diantara mereka tetapi syukurlah ada 1,2 orang saya kenal. Kemudian mengajukan judul Penelitian kepada salah satu dosen yang selama ini saya banggakan Dahlan Habba, SE.,MM. buat bekal skripsi nantinya.
"yah...Akhirnya Kuliah Lagi", kalimat yang senantiasa menyertaiku di bangun dan tidurku setiap hari. Saya merasa sedikit berubah, yah minimal saya tidak bermodalkan "Nekat" lagi seperti dulu saat mau kuliah. Sekarang saya sudah berubah, saya lanjutkan kuliah dengan modal "Nekat Sekali". Aneh tetapi Lucu, Memang inilah yang saya punya, kalau bukan Nekat, yah Nekat Sekali dan Mungkin suatu saat saya akan sampaikan .kepada teman-teman yang lain bahwa " Nekat" itu Penting dan itu adalah .kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Sedikit banyaknya teman-teman sekalian dapat mengambil sisi positif dari tulisan ini. Kalau tulisan ini kurang memuaskan itu karena saya masih mahasiswa dan masih belajar kasian dan bermodalkan nekat saja.
Hehehehehe...salam sukses selalu.
dariku...,
Adnan Junaedi,
Tidak seperti kebanyakan teman-teman yang sebaya beberapa tahun lalu, tepatnya tahun 2005 setelah saya lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 02 Maros yang biasa orang sebut SMADA Maros yang kita kenal sekarang Sekolah Menengah Atas Negeri. 03 atau SMAGA atau nama lain MAN MODEL yang hadir dari akibat reformasi nama-nama Sekolah oleh Bapak Bupati Maros Ir. H. M. Hatta Rahman, MM. Menikmati pendidikan di Perguruan Tinggi (PT) adalah sesuatu yang hampir mustahil saat itu, mengingat orang Tua di rumah sulit sekali mengeluarkan kata "Restu/Setuju" untuk lanjutkan pendidikan di PT karena kondisi yang memang hampir mustahil saat itu, ditambah lagi hasil Tes Intelengensi waktu kelas 2 SMA yang menerangkan bahwa bagaimanapun usahaku untuk lanjutkan pendidikan, Tim hanya garansi bahwa maksimal hanya pendidikan Diploma III yangbisa saya Raih.
Yah mustahil, kata yang paling saya benci sampai saat ini, kata yang mungkin tidak membuatku jadi siapa-siapa bila saya meyakininya, kata yang harus di buang jauh-jauh dari orang-orang yang sedang terpuruk atau siapapun yang ingin maju. Kurang lebih satu tahun saya menganggur karena sempat terbawa arus kemustahilan tetapi akhirnya saya keluar dari ujian ini.
Suatu ketika, saya mendapatkan info dari salah satu teman lama mengenai penerimaan mahasiswa baru tepatnya tahun 2006 lalu, saat itu saya memberanikan diri untuk menabrak keadaan. Tanpa sepengetahuan Orang Tua di rumah saya mendaftarkan diri ke Kampus YAPIM dan tanpa panjang lebar saya pilih Jurusan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) dengan biaya pendaftaran kurang lebih Rp. 160.000. Meskipun biaya kecil itupun uangnya saya peroleh dari hasil jual Handphone Rp. 250.000/ 2 buah Handhone termurah pada saat itu.
Setelah lulus dan ikuti Ospek, akhirnya saya kuliah. Alangkah bahagianya saya saat itu, akhirnya kuliah juga kataku. tetapi kebahagiaan itu tidak bertahan lama, beberapa hari kuliah Dosen menawarkan buku-buku referensi mata kuliahnya untuk di beli, tidak mahal sih tetapi untuk mahasiswa macam saya itu butuh beberapa waktu untuk dilunasi. Ah masa kalah dengan yang lain (dalam hati) sambil juga omelin diri sendiri " siapa suruh masuk kuliah, gak kasi tau orang tua lagi", tetapi tidak habis cara untuk cari solusinya, saya jadi buruh bangunan senin-jum'at dan sabtu-minggu kuliah.
Akhirnya saya bisa jalani kuliah dengan cukup nyaman. Dengan menjadi ketua tingkat, solusi-solusi mudah saya dapatkan dari Dosen dan Staf Kampus seperti Pak Sahrir Kabid. Keuangan Yapim dan kebetulan Dosen saya saat itu. Keberadaan mereka cukup membantu selama menjalani kuliah, 2,3 masalah bisa teratasi dengan konsultasi dengan mereka. Jauh sekali dengan Pegadaian, di Kampus cukup menulis surat pernyataan yang kita sendiri tidak tahu kekuatan hukumnya bisa selesaikan masalah untuk sementara.
Saat menjalani perkuliahan saya lupa bahwa sampai saat itu saya belum dapatkan restu dari orang tua. Meskipun Kuliah bermodalkan Pulpen semata, namun suatu ketika pulang dari kampus orang tua saya melihat beberapa catatan kuliah dari kertas-kertas minder pemberian teman, saat itu orang tua sempat kawatir dengan aktivitas saya beberapa hari belakangan ini, mereka kawatir melihat saya selalu pergi sore pulang Pagi, hingga bertanya tentang semua itu...saya pun takut berbohong, akhirnya menceritakan semuanya bahwa selama ini saya kuliah dan pergi sore pulang pagi itu karena saya ikuti Basic Training (Pelatihan Dasar) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat STKIP Maros. Mau tidak Mau yah mereka harus mau setuju pada saat itu. Saya hanya katakan bahwa saya tetap akan kuliah meskipun dilarang dan lakukan apa yang menurut saya baik untuk masa depanku, saya hanya butuh restu dan bila dikemudian hari saya tidak bisa bayar kuliah dan harus berhenti karenanya, saya akan berhenti karena pendidikan tidak hanya dinilai dari status gelar, ijasah, tetapi ilmu harus menjadi kesyukuran utama bila kitamendapatkannya. Akhirnya selesai juga masalah yang satu ini.
Beberapa tahun kemudian saat semester VII lalu, semester yang cukup membuat saya Galau. Galau karena ingin melanjutkan tetapi saat itu kita butuhkan biaya yang cukup besar, sedangkan untuk mundur akan banyak sekali pengorbanan yang akan terabaikan, yah kesimpulannya " Maju Kena, Mundur pun Kena",Akhirnya keputusanku memilih untuk tidak melakukan kedua-duanya, karena solusi saya saat itu cuti dengan harapan tahun depan Allah Yang Maha Bijaksana memberikan saya kemudahan.
Karena terlena dengan status cuti, saya jalani hingga kurang lebih 03 tahun. Hampir setiap hari saya di lekatkan panggilan"Mapala" atau dengan kata lain Mahasiswa Paling Lama, akibatnya setumpuk malu sedikit menyadarkan saya untuk kembali kuliah, bahkan Saya dengar sudah ada teman STIM dulu yang udah selesaikan Megisternya. Dalam hati mengatakan "Apa-apaan saya ini", saya harus lanjutkan kuliah dan bagaimanapun caranya saya harus selesai tahun depan...ti..tik.
Akhirya kuliah lagi, seperti yang saya tetapkan sebagai Tema tulisan ini. Karena mata kuliah sudah saya tempuh tinggal sesuatu yang saya anggap "Tembok Besar" perkuliahan yaitu Kuliah Kerja Lapangan Plus atau yang sering kita sebut KKLP, Ujian Proposal, Ujian Skripsi, dan Wisuda Insyaallah. Kadang teman-teman tidak percaya bahwa saya masih mahasiswa tetapi itulah kenyataannya, mungkin efek dari tidak adanya restu orang tua di awal perjalanan perkuliahan saya. Mau percaya atau tidak, ini hanya Asumsi belaka yang kebenarannya 99 % tidak benar.
Tahun ini saya awali dengan teman-teman kalau tidak salah angkatan 2009. Saya merasa asing berada diantara mereka tetapi syukurlah ada 1,2 orang saya kenal. Kemudian mengajukan judul Penelitian kepada salah satu dosen yang selama ini saya banggakan Dahlan Habba, SE.,MM. buat bekal skripsi nantinya.
"yah...Akhirnya Kuliah Lagi", kalimat yang senantiasa menyertaiku di bangun dan tidurku setiap hari. Saya merasa sedikit berubah, yah minimal saya tidak bermodalkan "Nekat" lagi seperti dulu saat mau kuliah. Sekarang saya sudah berubah, saya lanjutkan kuliah dengan modal "Nekat Sekali". Aneh tetapi Lucu, Memang inilah yang saya punya, kalau bukan Nekat, yah Nekat Sekali dan Mungkin suatu saat saya akan sampaikan .kepada teman-teman yang lain bahwa " Nekat" itu Penting dan itu adalah .kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Sedikit banyaknya teman-teman sekalian dapat mengambil sisi positif dari tulisan ini. Kalau tulisan ini kurang memuaskan itu karena saya masih mahasiswa dan masih belajar kasian dan bermodalkan nekat saja.
Hehehehehe...salam sukses selalu.
dariku...,
Adnan Junaedi,
Comments
Post a Comment