Safi'i Pemerah Susu Sapi

Safi'i Pemerah Susu Sapi
      Pada awalnya kita memang lahir dengan kapasitas yang normal. waktu kecil /balita kita tidak butuh harus bisa membaca dan menulis untuk dapatkan ASI, sadar atau tidak sadar kita cuma butuh menangis saja, dengan segera ASI akan datang dengan sendirinya. Namun saat dewasa sekarang ini sebagian besar kebutuhan kita harus ditempuh dengan menulis atau membaca bahkan kedua-duanya agar jangan sampai kita mau minum susu,kita salah beli susu seperti yang terjadi pada beberapa orang yang menganggap dirinya dewasa. Ataukah meskipun anda menangis saat ini, anda tidak akan medapatkan ASI dari Ibu anda sendiri.
      Berbicara tentang susu saya punya cerita racikan sendiri. Cerita ini muncul begitu saja saat saya ingin coba-coba berpartisipasi memikirkan nasib bangsa ini. Ceritanya begini:
Disuatu desa kecil hiduplah seorang peternak sapi bernama Safi'i beliau juga bekerja sebagai pemerah susu sapi.  
Suatu ketika susu sekelompok sapi habis diperas oleh pak Safi'i, jadi apabila ada orang lain butuh susu hasil perasannya sendiri, dia harus mencari sapi-sapi yang belum sempat diperas oleh Safi'i. begitulah aktivitas pak Safi'i sebagai pemerah susu sapi. Karena sudah jadi kebiasaan Safi'i tiap hari, kalau susu sapi Safi'i tidak ada yang bisa diperas (maklum kalau susu sapi diperas terus kan habis juga), kadang Safi'i terlihat memeras susunya sendiri, tetapi bukan untuk dijual, hanya efek dari kebiasaan Safi'i saja.  
Setiap hari Safi'i mengkomsumsi Susu sapi dan karena kandungan nutrisi susu sapi itulah yang membuat Safi'i menjadi orang yang sangat cerdas dan cerdik memanfaatkan keadaan. Safi'i juga tidak hanya bergelut di Desa-desa tetapi juga di Kota-kota. Pengalaman dan usaha beliau berkembang sangat pesat dan namanya juga sudah merambah di pelosok kota-kota besar. Cuma ada yang beda dengan profesinya di Desa dan ketika beliau di Kota. Di desa beliau berprofesi sebagai Pemerah Susu sedangkan di Kota beliau berprofesi sebagai Pemeras orang-orang Korupsi. Jadi Pekerjaannya Pemerah dan Pemeras, cuma beda huruf akhiran saja tetapi penghasilannya jauh berbeda.
Sekarang Safi'i masuk nominasi 50 besar orang terkaya di dunia, itu bukan karena hasil jual dari susu sapinya tetapi itu karena sekarang beliau lebih banyak meluangkan waktunya pada profesi yang kedua. Menurut Saf'i'i, jumlah Koruptor yang jadi sasarannya itu lebih banyak dari jumlah sapi yang ada di Negeri ini, semakin banyak orang Korupsi semakin banyak pula peluang usaha yang akan ia dapatkan. Jadi Korupsi itu menguntungkan dan lebih menjanjikan bagi para pemeras seperti Safi'i. 
    Mengingat hal diatas maka Korupsi harus di berantas tanpa pandang siapapun pelakunya agar tidak terjadi kejahatan yang lebih besar atau bertambahnya pelaku kejahatan. Paling sering dikemukakan adalah adanya niat dan kesempatan dari pelakunya. Namun salah satu sebab dari kejahatan adalah adanya kebiasaan menjalani hidup yang tanpa diketahui baik atau buruknya, jadi meskipun ada niat dan kesempatan, adanya kemampuan yang lahir dari kebiasaan yang merupakan faktor melahirkan niat dan menciptakan peluang itu yang cukup mendorong pelakunya untuk melakukannya. 
    Pertama, pesan saya apabila nama anda kebetulan Safi'i, janganlah memeras seperti Safi'i dalam cerita ini, karena itu perbuatan syetan. kalau pekerjaan syetan kita kerjakan, maka syetannya mesti kerja apa...? he...3x. 
   Kedua, selama masih ada Koruptor yakin saja Safi'i-Safi'i lain pasti akan bermunculan dengan kapasitas dan atributnya yang berbeda. 
   Ketiga, kebetulan disamping saya ada teman yang bernama Safi'i, beliau orang pertama setelah saya yang sepakat artikel ini dipublikasikan. beliau menginginkan jangan lagi ada Safi'i seperti dalam cerita ini. 
Terakhir, Cerita diatas hanya fiktif belaka...
Maros, 01 Desember 2012
Adnan Junaedi
http://adnantandzil.blogspot.com/



     


Comments

Popular posts from this blog

Teori Permintaan Uang Menurut Keynes

Pengertian Valuta Asing dan Risiko Valuta Asing

Teknik Meningkatkan Kreativitas