Teori Kritis



A.    Phenomenologi Antropologik
          Berfikir dalam phenomenology antropologik mengarah ke mencari esensi, mencari sifat generative, mencari kesimpulan ideographik, dan filsafat yang memberikan landasan adalah phenomenologi Husserl. Phenomenology Husserl berkembang dalam lima sosok yaitu: sosok phenomenologi antropologik, salah satu tradisi filsafat idealism Jerman yang phenomenologik, phenomenologi hermeneutik, phenomenologi teori kritis, phenomenologi dekonstruksi.
1.      Phenomenologi Edmund Husserl
     Sejak Edmund Husserl, arti phenomenology telah menjadi filsafat dan menjadi meodologi berfikir. Pada periode kedua pandangan Husserl mulai terasa pengaruhnya, dari analisis phenomenologik manjadi dasar-dasar metodologik untuk logika, matemtaika, dan ilmu pengetahuan alam.Core pandangan Husserl yang mendasar ada dua yaitu pertama, intensionalitas atau keterarahan; kedua, logika transendentalnya. Menurut Husserl, kesadaran berilmu pengetahuan yang pertama-tama adalah kesadaran manusia tentang obyek-obyek intensional yang mengandung arti semantik yaitu sesuatu bahasa dan juga logikanya; dan arti ontologik yaitu sesuatu dikatakan intensional bila kesamaan identitas tidak menjamin untuk dikatakan equivalen atau identik.
Dalam logika transendental peran aktif pengambilan keputusan penting. Bukan keputusan dalam bentuk keabadian, melainkan didasarkan pengalaman intersubyektif.
2.      Phenomenologi Antropologik
        Pendekatan phenomenologik antropologik dapat diringkaskan dalam perkembangan dari phenomenologi-interpretif Geerzt, ke grounded research Glasser-Strauss, ke ethonomethodologi Bogdan, ke paradigma naturalistik Guba, dan interaksi simbolik Blumer. Bila dilacak lebih dalam dan komprehensif, sejarah perkembangan ilmu telah mendominankan upaya unifikasi ilmu, mengarahkan ilmu ke telaah nomothetik. Nomothetik modernis  mengarah ke pencaria hukum atau teori yang berlaku umum, sedangkan nomothetik postmodernisme mengarah ke pencarian eksplanasi secara berkelanjutan.
B.     Dari Semiotik Sampai Hermeneutik
1.      Orientasi Umum
Studi semantic adalah studi tentang signs, tentang symbol-simbol, tentang fungsi bahasa sebagai tanda-tanda yang menampilkan pemikiran yang mempunyai makna. Semantic dalam makna luas mencakup studi sintaksis, semantic, dan pragmatic. Studi sintaksis menelah makna symbol satu terhadap symbol lain. Studi sintaksis menelaah relasi symbol dengan sesuatu lain senagai referensi, denotasi, konotasi, atau makna.
2.      Bahasa
Teori linguistic menyatakan bahwa grammar menyediakan sejumlah aturan mendeskripsikan sejumlah sifat-sifat semantic sebagai dasar untuk menampilkan ekspresi kita, dan menyediakan sejumlah aturan kombinasi sintaktikal yang menjadi ekspresi kita mempunyai makna.Para behaviorist memandang bahasa sebagai representasi dari terapan aturan bahasa ke dalam kemampuan praktis dalam behavior.
3.      Bahasa, Berfikir, Mind, dan Filsafat Bahasa
Antara bahasa dan berfikir ada interdependensi. Tentang mind ada sejumlah konsep dan teori yang perlu dikenal. Consciousness merupakan mind yang pasif, netral, dan reseptif; intensionalitas merupakan mind yang mempunyai arah , mengandung hasrat aktif, dan kreatif. Internalism merupakan teori tentang mind yang berpendapat bahwa mind itu menampilkan pernyataan sebatas pengetahuan yang dimilikinya. Ada dua internalism yaitu perspektival internalism dan access internalism.Filsafat bahasa mulai berkembang dengan telaah analitik filosofik Wittgenstein tentang bahasa. Noam Chomskylah yang pertama-tama mengengkat bhaa sebagai disiplin linguistik.
4.      Bertrand Russell dan Witthgenstein tentang Bahasa
Russell menawarkan dasar-dasar logico-epistemologik untuk bahasa. Russel mengetengahkan tentang fakta, bentuk logika, dan bahasa ideal. Bahasa filsafat, termasuk juga bahasa ilmu perlu menggunakan bahasa ideal, bahasa yang memperhatikan struktur bahasa dan struktur realitas. Antara fakta dan bahasa, Russell mengemukakan bahwa ada isomorphism atau kesepadanan antara struktur dunia fakta atau relita dengan struktur kata atau bahasa.Wittgenstein adalah murid Russell. Wittgenstein mengemukakan bahwa bahasa merupakan logosentrisme.
5.      Pendekatan Ekstrinsik: Strukturalisme Sosial
Strukturalisme sosial mencakup strukturalisme genetic dan strukturalisme dinamik. Strukturalisme sosial dapat dikembangkan menjadi subdisiplin sosiolinguistik. Sosioliunguistik sekarang ini lebih memfokuskan pada perbedaan komunikasi antra sastra sosial.
6.      Strukturalisme Semiotik
Strukturalisme semiotic atau semantik dalam bahasa dibedakan menjadi dua yaitu pembacaan heuristic dan pembacaan hermeneutik. Pembacaan heuristik mencoba menelaah mencari makna dari kata-kata, dari bagian-bagian. Pembacaan hermeneutic mencoba menelaah makna dengan melihat keseluruhan  karya sastra.
7.      Hermeneutik Phenomenologik
Arti kata hermeneutik adalah the art of understanding, yaitu metode dan prinsip untuk mamahami text. Martin Heidegger adalah filosof yang pertama kali menggunakan istilah phenomenologi hermeneutik.
Misch dan Spranger sudah memandang phenomenologi Husserll sebagai phenomenologi hermeneutic karena telah menggunakan phenomenologi sebagai metode untuk mengungkap makna di balik struktur pengalaman. Perbedaan Husserll dan Heidegger yaitu pertama: spontan dan intuitif, kedua: memandang phenomena sebagai sesuatu yang tersembunyi yang perlu diekspos keluar melalui proses structural agar sesuatu yang implisit dapat dipahami maknanya secara eksplisit.
Heidegger mengganti konsep intensionalitas Husserll dengan konsep eksposisi interpretif. Heidegger mengkritik tentang pembedaan antara pemahaman historis-kultiral dengan eksplanasi ilmu alam, dan menawarkan mengganti dengan pemilihan antara genesis teoritik dengan latar belakang prototip pemahaman dan interpretasi.
8.      Pendekatan Instrinsik: Semantik
Semantik atau strukturalisme semiotic termasuk aliran postpositivisme phenomenologik dan focus telaahnya adalah sastra. Dilihat dari strukturnya, karya sastra memiliki norma. Norma dalam linguistik dibagi dalam enam sub-strata. Substratum pertama: efoni, irama, dan mantra. Kedua: gaya dan stilistika. Ketiga: citra, metaphora, symbol, dan mitos. Ketiga subatratum berikut adalah substrata semiotik.
Substratum keempat: substratum genre sastra. Telaah ini memusatkan pada keteraturan bentuk luar dan isinya. Kelima: evaluasi karya sastra. Ada tiga kriteria yang digunakan yaitu: originalitas, aesthetika, dan harmoni. Keenam: sejarah sastra. Studi sejarah sastra bukan membuat periodisasi aliran-aliran sastra, melainkan telaah karakteristik masing-masing aliran, dilepaskan dengan penataan perodisasi.
9.      FilsafatHermeneutik
Arti kata hermeneutic adalah the art of understanding yaitu metode dan prinsip untuk memahami teks. Dalam komparasi modern dan postmodernisme dikenal tiga serangkai yaitu: tekt, si penulis, dan si pembaca. Dalam analisis konvensional kita berpegang pada teks. Dalam analisis postpositivistik, penulis menulis karyanya berdasar interpretasi dia tentang obyek, dan pembaca membuat interpretasi atas karya yagng dibacanya. Dalam modernisme sesuatu karya menggunakan aturan dan isitem, yang berlaku umum untuk dapat berkarya yang baik. Dalam postmodernisme, penulis karya menolak untuk diikat oleh aturan dan sistem yang ada.
10.  Phenomenologi Aesthetis dan Phenomenologi Mu’takhir
Oleh pendekatan phenomenologi telah diangkat lebih jauh pada strta tentang artinya, karyanya, dan perspektif implisitnya.Ricouer mungkindapat dipandang representasi phenomenology mutakhir.
Perkembangan pandangan Ricouer dapat dibagi menjadi dua tahap, tahap human eksistensialis dan tahap lebih religius. Menurutnya, dalam penelitian perlu dibuat decision agar sesuatu yang involuntary menjadi voluntary. Dalam penelitian akan dialami banyak gangguan daalam proses memperhatikan dan membuat interaksi untuk membuat determinasi atau indeterminasi.

TEORI KRITIS
A.    Teori Kritis
Teori kritis ditumbuhkan dan dikembangkan oleh Frankfurt Institute for Social Science mulai tahun 1930. Teori kritis generasi pertama bersifat Marxis. Teori kritis generasi kedua, sebagaimana ditampilkan oleh Habermas, mengganti konflik dengan dialog dan komunikasi.
B.     Teori Konflik dan teori Kritis
Bila dilacak, hampir seluruh teori kritis terdapat unsur Marxis. Meskipun demikian perlu disadari bahwa Marxisme sebagai teori sosial terbukti tidak valid. Filosofinya yang atheistis dan materialistis banyak bertentangan dengan pandangan yang sekarang berkembang .Komunisme yang menerapkan ajaran Marxisme juga tidak dapat bertahan karena substansi ajarannya terbukti tidak valid, tidak sesuai dengan fitrah manusia yang motivatif, yang berfastabikhul khairat, dan saling bersimpasi. Marx menggunakan strategi perjuangan kelas yang antagonistik, artinya konflik dijadikan strategi perjuangan, diangkat menjadi strategi mengkonflikkan sistemik antara proletar dan borjuis, dan sifatnya antaginistik.Dari isi filsafat ilmu, teori konflik termasuk postpositivisme modern yang menggunakan berfikir instrumental, sedangkan teori kritis termasuk postpositivisme dengan Weltanschauung, yang landasan filsafatnya mungkin phenomenologik dan sebagian lain realism metephisik. Perubahan peran akan mengubah perilaku sesoran, demikian teori konflik. Dalam teori kritis, perilaku orang akan mengubah makna konteks selanjutnya.
C.    Asumsi Dasar Teori Kritis
Patti Lather mengetengahkan bahwa pendekatan teori kritis termasuk pendekatan era postpositif yang mencari makna di balik yang empiri dan menolak value free. Pendekatan teori kritis mempunyai komitmen yang tinggi kepada tata sosial yang lebih adil. Dua asumsi dasar yang menjadi landasan , yaitu: pertama, ilmu sosial bukan sekedar memahami ketidak adilan dalam distribusi kekuasaan dan distribusi resources, melainkan berupaya untuk membantu menciptakan kesamaan dan emansipasi dalam kehidupan; kedua, pendekatan teori kritis memiliki keterikatan moral untuk mengkritik satatus quo dan membangun masyarakat yang lebih adil.
D.    Ragam Teori Kritis
Mencermati kompleksitas pemikirannya, maka urutan telah dibahas dari yang lebih terpahami.
1.      Freirian
Paulo Freire lahir di Brasilia tahun 1912. Central message Paulo Freire adalah memproblemakan realitas alam, budaya, dan sejarah hal mana rakyat terlibat langsung, sebagai antithesis dari tesis problem solving teknokrat. Problem solving-nya teknokrat merupakan teoritisasi realitas yang menjadi berjarak dengan realitas kehidupan dan menjadi tidak terpahami oleh rakyat. Tesis problem solving yang teoritik oleh teknokrat, diantitesis dengan problematizes yang menyatu dengan realitas kehidupan rakyat , dikembangkan sintesisnya berupa praxis.
2.      Research as Praxis
Research as praxis dapat dijumpai pada beberapa penelitian seperti Bullogh dan Gitlin mengadakan studi kasus seorang guru SM, studi yang mendorong keberanian untuk menelaah kembali makna resistensi dan posisinya dalam teori produktivitas kultur dan ekonomik.
Dalam lingkup penelitian kebijakan telah dikenal lebih lama tentang model action research. Dilihat dari konteks praxis, model action research merupakan model penelitian yang sekaligus berpraktik dan berteori, atau mengembangkan teori sekaligus melaksanakan dalam praktik. Action research dapat disalin dengan nama penelitian tindakan. Adapun desain penelitian tindakan adalah berotasi antara kegiatan rutin manajerial (M), mengadakan penelitian (R), dan mengembangkan teori ( D). secara berkelanjutan ketiganya itu dievaluas (E).
3.      Teori Kritis dalam Studi Sosiologi
a.      Kritik Terhadap Teori Stratifikasi
Secara rinci akan ditunjukkan banyak systems of Inequality atau sistem ketidaksamaan dalam visi positivisme modern yang harus dikritik. Kita mengenal dan mengakui perbedaan-perbedaan alami seperti warna kulit, rambut dan banyak lagi. Tetapi ketika perbedaan tersebut dipakai sebagai dasar dan memberikan konsekuensi peluang pendidikan, peluang kerja, mengakses jabatan, dan peluang lain perlu disikapi secara kritis.
      ·         Inequality Ekonomik Inequality Tingkat kesehatan Berdasar Ras
·         Inequality Pendapatan Berdasar Ras dan Gender
·         Inequality Pendapatan Berdasar gender dan Tingkat Pendidikan
·         Inequlity Upah Kerja
4.      Teori Kritis Habermas
Habermas termasuk pemikir kritis terhadap pemikiran Marxis ataupun Neo-Marxis. Habermas memparkan empat alasan historis mengapa konsep Marx tidak lagi relevan dengan zaman kita, yang disebut sebagai late capitalism yaitu, politik tidak lagi menjadi superstruktur, standar hidup menjadi semakin baik sehingga revolusi tidak dapat lagi digerakkan dengan term-term ekonomi, antagonism proletar-borjuis menjadi semakin tidak valid dengan munculnya kelas menengah yang semakin besar jumlahnya.Emansipasi revolusioner Marx berdasar paradigma kerja oleh Habermas diganti dengan paradigma komunikasi. Praxis bagi Habermas adalah bagaimana suatu teori dengan maksud praktis dilaksanakan. Menurut habermas sistem kapitalis liberal yang didepolitisasi mengandalkan mekanisme pasar menjadi disfungsional, sehingga dalam sistem kapitalis lanjut negara mulai mengadakan intervensi, terjadi repolitisasi.Ada dua perbedaan mendasar antara teori kritis Marx dan habrmas yaitu: pertama, pertautan teori dan praxis pada Marx menempuh jalan konflik revolusioner, sedangkan Habermas menempuh jalan consensus dan komunikasi. Kedua, ajaran Marxis mengalami jalan buntu Karen “kerja” dipandang satu-satunya praxis hidup manusia, sedangkan habermas memberi pemecahan, bahwa proses rasionalisasi dapat dibedakan pada bidang kerja dan pada bidang komunikasi, yang masing-masing memiliki tujuan dan karakteristik yang berbeda.
5.      Teori Kritis di Bidang hukum
Teori kritis di bidang hukum sangat relevan dipakai untuk mengkritik praktik hukum di Indonesia. Banyak terjadi keanehan-keanehan dalam yurisprudensi liberal di Indonesia sekarang ini, yang oleh para pemimpin berhati nurani tinggi menyebutnya sebagai tidak sesuai dengan rasa keadilan masyarakat. Praktik hukum liberal di banyak negara sekarang ini sudah meninggalkan filsafat keadilan, baik oleh para yurisnya, para penuntut keadilannya, dan malahan telah digunakan secara semena-mena oleh banyak pihak.


Comments

Popular posts from this blog

Teori Permintaan Uang Menurut Keynes

Pengertian Valuta Asing dan Risiko Valuta Asing

Teknik Meningkatkan Kreativitas