Sunni dan Syiah Berebut Kebenaran

               
        Begitu banyak argumen yang dapat dijadikan dasar bagi individu atau kelompok untuk menyatakan diri sebagai Pewaris "kebenaran", sampai-sampai banyak nilai-nilai positif yang semestinya dibangun bersama terabaikan begitu saja. Menanggapi setiap momen perbedaan itu Reaksi dari kalangan Ummat Islam sendiri beragam; ada yang berpihak kesalah satunya, tidak berdiri pada kedua-duanya, ada yang mengadopsi kedua-duanya, ada yang cuek-cuek saja dan menganggap hal itu bukanlah sesuatu yang penting untuk dibahas, ada yang berusaha memediasi keduanya guna mencari cara menyatukannya, sampai ada yang memang senang melihat perbedaan ini tetap ada. Kecenderungan reaksi yang beragam itu bukan muncul begitu saja, setiap reaksi itu hadir berdasarkan pengalaman informasi yang sampai kediri masing-masing individu. 
         Kalau semuanya mengklaim bahwa cara merekalah yang benar, dan diterima Allah, maka dunia persilatan bakalan terus ramai. Secara tidak langsung pula Ummat Islam mengalami suatu krisis kepribadian, Disini Ada AKU, disana ada AKU, ada pula yang sekedar MENGAKU-NGAKU tanpa jelas pendiriannya. semuanya mengidap dan menikmati "Kesendiriannya". Jika hal ini berlansung terus menerus tanpa semuanya mengutamakan kebersamaan, maka mana mungkin Tujuan  Kalimah " Rahmatanlil Alamin" dapat kita wujudkan. Kalimah itu milik KITA, bukan milik siapapun diluar KITA, Kalimah itu hanya bisa di wujudkan oleh KITA, bukan oleh KAU, DIA, MEREKA atau KAMI. Padahal jauh hari sebelum kita lahir Nabiullah Muhammad, SAW telah memberi kita pesan bahwa memang golongan-golongan itu akan ada dan hanya satu diantaranya yang akan selamat. Namun demikian, bukan berarti kita hanya bermodalkan meraba-raba saja hingga kita menyatakan diri kita yang paling benar dan yang lainnya keliru dan bahkan tidak sedikit yang sampai hati mengatakan saudara semuslim kita sebagai kafir, Naudzubillahi min dzalik. 
           Kalau kita sadar dan meyakini bahwa Kebenaran itu hanya milik Allah, kok kita (manusia) berebut ingin memiliki sendiri kebenaran itu...? Tuhan tahu siapa yang pantas diberi untuk merasakan dan meyakini kebenaran itu. Dan yang mampu mengubah hati kita hanyalah Allah pula, jadi apa yang sedang kita pertentangkan diantara sesama ummat  Islam Itu bisa berubah sesuai kehendak Allah,SWT.  
      Namun, dalam menghadapi semua hal diatas, Nabi hanya berkata: “Inna lillahi wainna ilaihi rajiun..., semuanya berawal dari Dzat (Allah) dan kembali kepada Dzat (Allah), Dzalika taqdirul ‘azizil ‘alim…, sesungguhnya semua ini adalah takdir, ketentuan, dari Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.    
Dan, (Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Ilah) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Al-Hajj: 62)
Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (Al-Kahfi: 29)
Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah Rabb kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)? (Yunus: 32) 
Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (Al-Isra: 81) [Taisir Al-Karimirrahman, dinukil dari Shifatullah k].

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Risiko Keuangan

Pengertian Valuta Asing dan Risiko Valuta Asing

Teori Permintaan Uang Menurut Keynes