IlMU DAN PENGALAMAN


1.      Tema dan Tinjaun Umum Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain bahwa filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu penyelidikan lanjutan.  Dan merupakan suatu bentuk pemikiran secara mendalam yang bersifat lanjutan ( secondory reflexion). Refleksi sekunder banyak memberi sumbangan dalam usaha yang demikian itu. Sumbangan tersebut mengambil dua bentuk. pertama, kita dapat mengarahkan metode-metode penyelidikan ilmiah kejuruan kepada penyelenggara kegiatan-kegiatan ilmiah. Kedua, kita dapat menerapkan penyelidikan kefilsafatan terhadap kegiatan ilmiah. Filsafat ilmu tidak berhenti pada pertanyaan mengenai bagaimana pertumbuhan serta cara penyelenggaraan ilmu dan kenyataannya, melainkan mempersoalkan masalah metodologik, yaitu mengenai azas-azas serta alasan apakah yang menyebabkan ilmu dapat mengatakan bahwa ia memperoleh pengetahuan ilmiah.Syarat mutlak bagi filsafat ilmu yang mengandung makna adalah adanya pengetahuan mengenai permasalahan yang terdapat dalam ilmu-ilmu kejuruan secara mendalam. Kegiatan ilmiah dapatlah dipahami sebagai cara tertentu beradanya manusia di dunia ini.
Selain filsafat ilmu yang bersifat umum terdapat pula yang bersifat khusus yang membicarakan kategori-kategori serta metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu tertentu atau dalam kelompok ilmu-ilmu tertentu seperti, kelompok ilmu alam, ilmu masyarakat, ilmu teknik dan sebagainya. Ciri pengenal pengetahuan ilmiah, pertama-tama adanya anggapan bahwa pengetahuan tersebut berlaku umum. Menurut pendirian modern, ilmu dipandang mempunyai kedudukan mandiri (antonomous) dalam usaha memperkembangkan norma- norma “ilmiah” bagi dirinya sendiri. Baik yang didasarkan atas keyakinan etik- keagamaan, kemanfaatan bagi masyarakat, keuntungan ekonomi, kegunaan politik, tidak boleh mempengaruhinya.Kemandirian ilmu sesungguhnya bersangkutan dengan norma-norma “ilmiah”. Kita baru dapat mengatakan suatu hal sebagai ilmu apabila pengetahuan yang diusahakannya serta cara-cara kerja yang diterapkannya memenuhi sejumlah syarat tertentu. Pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang mempunyai dasar pembenaran, bersifat sistematik, dan bersifat intersubyektif.
2.      Tujuan Penyelidikan Ilmiah
Di dalam ilmu, orang berusaha untuk mematangkan pengetahuan yang memenuhi semua tolak ukur diatas. Hal ini merupakan satu cara belaka untuk dapat merumuskan tujuan penyelidikan ilmiah. Pada sejumlah hal tertentu, seorang ilmuwan sudah merasa puas bila ia dapat menetapkan bagaimana keadaannya atau berlangsungnya secara tepat suatu sekumpulan gejala.  Terjadinya suatu penjelasan dalam banyak hal tergantung pada penyesuaiannya dalam kerangka keseluruhan pengetahuan kita, melalui cara apapun sehingga dalam pertanyaan yang diajukan tidak boleh mengharapakan suatu jawaban yang didasarkan atas sudut pandang keabadian (sub specie aeternitatis).Kiranya perlu dikemukakan pula, interpretasi sebagai bagian dari keseluruhan tujuan penyelidikan ilmiah istilah ini dipakai secara bermakna ganda namun dalam arti kata yang umum penyelidikan interpretatif merupakan penyelidikan untuk menetapkan makna yang dikandung oleh gejala-gejala yang tengah diselidiki. Tetapi pengertian yang demikian sesungguhnya sekedar mengalihkan pengertian interpretasi kepada arti yang dikandung oleh kata makna.Kiranya terdapat cukup gagasan untuk tidak meninggalkan gagasan mengenai satuan ilmu. Disamping kecenderungan yang bersifat perpisahan, terdapat pula sejumlah kecenderungan yang bersifat pertemuan. Kiranya orang bisa memilih suatu tingkatan abstraksi yang dapat menampilkan ilmu dalam keseluruhannya, usaha semacam ini masih akan terjadi beberapa kali.
3.      Ilmu dan Pengalaman Pra Ilmiah
Ciri – ciri pengenal yang dipunyai pengetahuan ilmiah baru akan tampak dengan jelas apabila dilatar belakangi oleh pengalaman pra ilmiah. Sesungguhnya ilmu timbul berdasarkan atas hasil penyaringan, pengaturan, kuantifikasi, obyektivasi, singkatnya, berdasarkan atas hasil pengolahan secara metodologi terhadap arus bahan-bahan pengalaman yang dapat dikumpulkan.
Akhirnya usaha untuk mengumpulkan berbagai hal yang patut diketahui dan usaha untuk mencatatnya secara dekriptif yang dijumpai dalam tahapan yang terdapat kemudian juga masih termasuk dalam tahapan pendahuluan. Ciri pengenal yang penting yang dipunyai oleh pengalaman prateoretik ialah, bahwa pengalaman tersebut tidak diarahkan untuk memperoleh pengetahuan mengenai hal-hal yang patut diketahui atau untuk memperdalam pemahaman, melainkan diarahkan untuk memperoleh manfaat yang praktis. Dalam hal ini yang dikaji buakan kebenaran teoritiknya, melainkan nilai prakteknya. Manusia tidak lagi melakukan tindakan seperti binatang yang secara naluriah dan alami dengan khas dapat memastikan bahwa perbuatannya mengena pada sasaranmya, melainkan sebaliknya bahkan dalam derajat yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis-jenis binatang yang juga mengalami proses belajar, mengalami keluwesan untuk mengembangkan suatu kebijaksanaan atau pedoman-pedoman tingkah laku yang baru. Ditinjau dari segi biologik, sesungguhnya ilmu merupakan bagian dari pedoman- pedoman tingkah laku manusia semacam itu dalam menghadapi dunia sekitarnya.  
ILMU-ILMU DEDUKTIF
1.      Matematikasebagai Ilmu Deduktif
Nama-nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasarkan atas pengalaman seperti halnya yang terdapat di dalam ilmu-ilmu empirik, misalnya didasarkan pada deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran).  Dewasa ini pemdirian yang paling banyak dianut oleh orang mengatakan bahwa deduksi ialah: penalaran yang sesuai dengan hukum-hukum serta aturan-aturan logika formal; dalah hal ini orang menganggap tidaklah mungkin titik tolak yang benar menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak benar. Ilmu-ilmu deduktif adalah ilmu matematika. Dalil matematika dibuktikan kebenarannya berdasarkan atas dalil-dalil yang lain, dan bukan atas dasar pengamatan.
2.      Pengertian “Teori Deduktif
Pengakuan adanya aksioma-aksioma sudah terkadung dalam penggunaan metode deduktif. Olehnya itu dalam ilmu ukur yang diajarkan Euclides, ada sejumlah aksioma yang ditetapkan sebagai dasar penyusunannya. Salah satu diantara aksioma tersebut ialah aksioma mengenai garis sejajar yang dapat dirumuskan sebagai berikut (perumusan yang dilakukan oleh Euclides berbeda tetapi setara dengan yang perumusan ini):”Melalui titik P diluar garis lurus k terdapat satu garis lurus m yang sama-sama terletak dalam satu bidang dengan k dan tidak memotong k”. Sepanjang abad-abad yang lampau, banyak kecaman yang dilancarkan terhadap aksioma ini karena aksioma ini tidak cukup gamblang (evident).Pembuktian secara eksat menghendaki agar segenap seuku yang dimaksudkan dalam suatu teori didefinisikan. Artinya setiap suku baru atau setiap kombinasi suku-suku yang baru (definiendum) hendaknya sesuai dengan defenies yang senilai dengan defeniendum dan yang semata-mata terdiri dari suku-suku serta kombinasi-kombinasi suku-suku yang sudah tersedia. Apa yang dibicarakan secara garis besar disini adalah unsur-unsur pengertian teori deduktif. Artinya bahwa penyusunan teori semacam ini harus mengharuskan dilakukannya pilihan di antaranya sejumlah dalil bersahaja atau yang tidak dibuktikan (aksioma-aksioma). Segenap suku yang lain harus dibuktikan. Suku-suku bersahaja serta dalil-dalil bersahaja (=aksioma-aksioma) harus merupakan dasar yang cukup untuk menyusun teori deduktif.
Berdasarkan filsafat ilmu yang diajarkan Aristoteles telah diterima pendirian bahwa aksioma-aksioma harus gamblang; kebenaran aksioma-aksioma harus tidak dapat diingkari dan harus cepat dapat ditangkap. Arti suku-suku bersahaja seharusnya sudah gamblang dengan sendirinya. Seperti halnya  aksioma-aksioma tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan juga tidak memerlukan bukti-bukti karena kebenarannya sudah gamblang.

3.      Penyelidikan Mengenai Azas-azas Matematika
Logika matematika timbul kira-kira pada tahun 1850 dan berkembang sejak tahun 1880 sampai dengan tahun 1920 oleh beberapa nama seperti Peano, Frege dll. Seperti yang dikemukakan oleh Frege: apakah mungkin menyusun sistematika bilangan alami sebagai bagian dari logika? Apabila rencana kerja Frege berhasil, maka akan berakibat bahwa sebagian dari matematika yang sangat penting akan dapat dipulangkan kepada logika. Logika ditujukan antara lain untuk mengadakan penyelidikan secara sistematik terhadap penalaran-penalaran yang dianggap sah dalam matematika modern dan yang dalam kenyataannya memang dipakai untuk matematika.
4.      Aliran-Aliran
Filsafat ilmu-ilmu deduktif tidak bermaksud untuk memberikan analisa mengenai proses-proses berfikir yang dilalui seorang ahli matematika untuk mencapai hasil-hasil. Sudah dengan sendirinya bahwa ketika mencari bukti matematika atau ketika menyusun teori deduktif , orang dapat memakai perbagai macam metodik secara ilham, yang tidak ditemukan dalam perumusan “Heuristik” matematika merupakan sesuatu yang berbeda dengan filsafat matematika. Terdapat tiga buah pendirian yang saling berhadapan secara tajam antara lain:1.      Kita dapati apa yang dinamakan logisme yang diajarkan oleh Frege dan Russell. Penganut paham ini berusaha agar matematika dapat dipulangkan kepada logika. Menurutnya bahwa saham yang diberikan oleh logika dalam matematika dipandang mencapai jumlah yang sebsar-besarnya.
2.      Kita dapati formalisme, yang terutama dihubungkan dengan nama Hilbert. Para pengikut aliran ini menyelidiki akibat-akibat formalisasi. Teori-teori matematik dipandang sebagai larikan-larikan rumus yang susul-menyusul menurut hukum-hukum tertentu. Berdasarkan kenyataan ini formalisme menarik pelajaran bahwa meta-matematika atau teori pembuktian, hendaknya dikembangkan, yang sebaiknya tugas utamanya ialah mengajukan bukti-bukti tentang tidak terdapatnya kontradiksi dalam matematika. Dalam hal ini orang hendaknya hanya diperbolehkan memakai sarana-sarana pembuktian matematik yang bersifat paling kurang meragukan ditinjau secara intuitif.
3.      Intuisionisme, sebuah pendirian yang munculnya berkat ahli matematika Belanda L.E.J. Brouwer (1881-1966). Para penganut aliran ini mengatakan bahwa pada babak terakhir matematika didasarkan atas intuisi-intuisi pokok tertentu. Hukum logika tidak memberikan kepada kita aturan-aturan bagi sahnya penalaran matematika.  Hukum ini dapat ditangkap sesudah ada penalaran matematik, bila penalaran ini telah sekali terungkap dalam tanda-tanda yang dapat diamati.
 ILMU-ILMU EMPIRIK, PADA UMUMNYA 
1.     Siklus Empirik
Ilmu-ilmu empirik memperoleh bahan-bahannya melalui pengalaman. Tetapi pengalaman sesungguhnya lebih daripada sekadar pengalaman sehari-hari serta hasil tangkapan inderawi. Hasil tangkapan, baru memperoleh arti bila terdapat di dalam suatu kumpulan bahan yang saling berhubungan. Melalui pendidikan ilmiah yang telah diperolehnya, seorang penyelidik mengetahui di mana dan bagaimana cara mencari sesuatu untuk ditangkap dari sudut ilmiah. Ada sangkut-pautnya. Untuk itu ia perlu dengan segera menemukan apa yang dicarinya. Pemahaman mengenai keadaan saling berhubungan yang bersifat sistematik hanya dapat diperoleh setelah orang mendapatkan pendidikan ilmiah yang mendasar serta pengalaman ilmiah yang praktik. Hakikat susunan pengalaman ilmiah merupakan masalah yang penting dalam filsafat ilmu.
Sebuah pendirian positivistik yang ekstrim mengatakan bahwa penyelidikan ilmiah seolah-olah dimulai dengan batu tulis yang bersih , dan yang demikian terjadi ketika orang menetapkan fakta-fakta, ketika orang mengadakan observasi. Baru pada tahap selanjutnya timbul gagasan tentang keajengan serta keteraturan.
Obeservasi ilmiah mengusahakan obyektivitas, dalam arti bahwa ia berusaha untuk menyimak keadaan saling berhubungan yang asli yang terdapat dalam kumpulan bahan tadi. Dan obeservasi harus senantiasa bersifat terarah dan tersaring. Bahan-bahan tadi oleh observasi ilmiah diangkat dari kumpulannya yang asli dan disoroti dalam suatu kerangka ilmiah baru kemudian bahan-bahan itu memperoleh arti ilmiah.
Pada pokoknya siklus empirik dimulai lagi secara baru, tidak hanya dalam eksperimen yang memerlukan observasi-observasi baru, melainkan juga bilamana deretan-deretan baru bahan-bahan yang diobservasikan menyebabkan diadaknnya iduksi dan deduksi serta menyebabkan diperluasnya serta dilengkapinya sistem yang saling berhubungan yang terdiri dari pernyataan-pernyataan teorik.
1.      Penjelasan Ilmiah
Yang hendak dicapai dalam ilmu-ilmu empirik oleh para ilmuwan adalah menetapkan, menggambarkan, serta akhirnya menjelaskan atau menafsirkan gejala-gejala tertentu dalam pengalaman yang diselidikinya. Sebuah penjelasan ilmiah memberikan jawaban atas pertanyaan, mengapa sesuatu hal terjadi atau berlangsung seperti yang terjadi atau berlangsung, atau seperti yang pernah terjadi atau pernah berlangsung. Jawaban seperti ini kita sebut ilmiah karena dapat dipertanggung-jawabkan secara teoritik serta didukung oleh penyelidikan.Ilmiah merupakan suatu kualifikasi positif. Ilmiah berarti bahwa jawaban-jawaban yang bersifat demikian itu memberikan kesan yang mendalam bahkan jawaban-jawaban tersebut dapat dipercaya serta mempunyai dasar kokoh, karena tidak bersifat serta-merta dan untung-untungan, melainkan merupakan hasil cara-cara kerja yang bersifat sistematik, kritik serta berdasarkan keahlian.Dapat dikatakan bahwa pemberian penjelasan merupakan tujuan yang tertinggi yang hendak dicapai oleh ilmu-ilmu empirik.pertanyaan “mengapa” tidak akan dapat ditangani sebelum dapat diberikan jawaban atas pertanyaan “apa” dan “bagaimana”. Seorang ilmuwan harus pertama-tama menetapkan bagi dirinya sendiri mengenai apakah (secara lebih mendalam) yang ingin diketahuinya.Apa yang dapat ditawarkan sebagai penjelasan oleh ilmu empirik pada hakekatnya tidak akan dapat melebihi kemampuan yang ada pada dirinya. Kemampuan-kemampuan yang melekat pada dirinya terdiri dari pengetahuan yang sudah tersedia, sarana-sarana pengamatan yang dimilikinya dan kemampuan mengelolah secara teoritik. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan-kemampuan itu senantiasa menjadi lebih besar ketika dipergunakan yang menyebabkan ilmu empirik mampu untuk meloncat lebih jauh (seperti Mikroskop dan teleskop) sesuai dengan bertambah besarnya kemampuan-kemapuan tersebut. adnantanzil.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

Teori Permintaan Uang Menurut Keynes

Pengertian Valuta Asing dan Risiko Valuta Asing

Teknik Meningkatkan Kreativitas