Jurus kuncup-kuncup
Suatu ketika ada dua orang pemuda yang menginginkan suatu kesaktian, sebut saja si Amir dan si Rahim. Mereka kemudian masuk kedalam hutan berharap ada seorang maha guru yang mereka temui yang siap melatih mereka berdua. Singkat cerita, dalam perjalanan mereka melihat sebuah gubuk kecil, kemudian mereka menghampirinya dan bertemulah mereka dengan seorang yang tua namun terlihat masih kuat. Mereka menyampaikan maksud kedatangan mereka dan akhirnya mereka diterima dengan syarat harus patuh pada semua keinginan orang tua itu karena kalau tidak semua usahanya dalam berlatih akan sia-sia saja. Salah satu syaratnya adalah mereka harus siap tinggal menemani orang tua itu selama setahun dan siap membantu setiap pekerjaan orang tua itu sehari-hari seperti memikul air, berkebun dan mengumpulkan kayu bakar.
Selama tiga hari tidak satupun latihan yang diberikan oleh orang tua itu. mereka hanya disuruh melakukan pekerjaan sehari-hari. Si Rahim sempat curiga, jangan-jangan orang tua itu hanya memanfaatkan mereka saja agar pekerjaannya menjadi ringan dan bisa jadi orang tua itu tidak punya kehebatan apapun. Saat malam, si Rahim mendatangi orang tua itu itu dan menanyakan kapan mereka dilatih dan akhirnya saat itu pula si Rahim mulai dilatih jurus-jurus dasar. Malam itu si Amir melihatnya dari jauh, kemudian mendekat menyaksikan si Rahim berlatih. Waktu istirahat pun tiba, Namun semalam suntuk si Amir tidak medapatkan tawaran untuk memulai jurus-jurus dasar silat itu dan iapun malu menawarkan diri.
Sudah satu purnama mereka tinggal dengan orang tua itu. Hanya si Rahim yang mendapatkan latihan silat dari orang tua itu. Iapun memaksakan diri bertanya tetang kenapa dirinya tidak di ajari kesaktian. Orang tua itu hanya tersenyum dan mengatakan " Kukira kamu belum siap nak, ternyata kamu sudah siap"...si Amir pun dilatih namun jurusnya berbeda dengan jurus yang diajarkan ke Rahim. Amir hanya di suruh menguncup-nguncupkan keatas jari-jarinya seperti orang hendak memetik buah. Sederhananya cuma buka kuncup buka kuncup tangan saja.
Setelah beberapa bulan, Si Amir resah karena selama ini tidak satupun jurus yang diajarkan kepadanya, ia merasa gurunya tidak adil memberikan ilmunya. Sambil kuncup-kuncup ia menyaksikan kehebatan si Rahim yang berkembang pesat, beberapa jenis senjatapun ia kuasai bahkan si Rahim sudah hampir sampai ke jurus puncak dari silat yang dipelajarinya. Si Amir kembali mendatangi gurunya dengan rasa kecewa karena dia juga menginkan ada jurus-jurus diajarkan gurunya kepadanya. Namun, ketika gurunya dihampiri dan ditanyakan mengenai keluhan si Amir, gurunya selalu saja tersenyum dan memberinya semangatnya untuk tetap bisa berlatih Jurus kuncup-kuncup seperti biasanya.
Beberapa bulan kemudian tak terasa satu tahun telah cukup. Menyadari itu Rasa kecewa si Amir tak terbendung lagi melihat temannya si Rahim mencukupkan jurus terakhir nya dengan Pola JurusPembuka, Pola Main dan Penutup yang merupakan warisan puncak dari sebuah silat. Ia kembali menghampiri gurunya dan menanyakan tentang sudah cukupnya waktu yang dijanjikan, namun ia juga ingin menyampaikan bahwa dirinya belum ingin pulang karena merasa dirinya belum mendapatkan apa-apa. Iapun menyampaikan kepada temannya bahwa mungkin ia akan tinggal beberapa lama lagi. Namun, Gurunya berkata bahwa tak satupun diantara kalian yang akan tinggal lebih lama lagi karena itu memang aturannya dari awal...gurunya lalu menatap si Amir dan berkata " namun sebelum kalian pergi, saya minta tolong kepada Amir untuk mencarikan saya Bambu yang cukup keras didalam hutan, dan kalau bisa jangan pulang sebelum bambu itu kamu dapatkan".
Meskipun masih kecewa, ia tidak dapat melanggar perintah gurunya, iapun segera masuk kehutan bambu. Namun alangkah anehnya, tak satupun bambu yang keras yang Amir dapatkan...setiap bambu yang ia pegang bambu itu pecah begitu saja padahal amir tidak menggunakan tenaga yang luar biasa. sudah setengah hari dalam hutan tak satupun bambu yang keras ia dapatkan. Semua bambu yang ada dihadapannya dan dipegannya pecah, sampai ia berpikir bahwa mungkin hari itu semua bambu memang lembek semua jadi ia kembali melaporkan kepada gurunya tentang semua itu. Sesampai di gurunya dan melaporkannya...gurunya malah tersenyum dan mengatakan bahwa itulah hasil dari apa yang saya ajarkan kepadamu, saya mengajarkanmu tentang hal yang sama setiap hari selama setahun dan berusaha membuatmu tetap sabar karenanya agar kamu tetap gigih dan menyadarinya sediri disaat waktu yang telah ditetapkan. sekarang otot tanganmu telah kuat, disaat bertarung nanti tak satupun tulang yang kuat dalam gengamanmu...jadi selamat anakku.
Mereka pun mencium tangan gurunya dan pamit kembali ke kampungnya...
http://adnantandzil.blogspot.com/
Comments
Post a Comment