Ayah dan Sebotol susu
Ayah dan Sebotol susu Malam sudah larut, saya masih setia menggoda Anak perempuanku agar segera melupakan botol susunya. Saya berusaha bisikkan beberapa ayat agar nanti ia tetap terjaga dalam tidurnya. Namun, Ia terbangun dan tertawa saja, tak peduli dengan busungan nafasku yang sejak tadi hendak kutiupkan pada telinga dan ubun-ubunnya. Ia terlihat seakan ingin menghalau tiupanku dengan tiupannya yang sudah tampak monyong berkerucut depan mataku. Akhirnya saya batalkan saja, perut saya sudah tergeli-geli mendesakku ketawa melihatnya. Kulepas perlahan-lahan nafas yang tertahan tanpa membuatnya curiga bahwa beberapa ayat telah tumpah dari mulutku dan sisanya kutelan saja mengisi perutku yang kosong. Saya ajak kembali bersenang-senang, bermain, dan menyanyikan beberapa lagu yang akrab di memorinya, mencoba mengurai perhatiannya pada botol susu yang dari lima jam lalu tak jua berisi. Namun usaha saya gagal, dengan tangan mungilnya Ia berusaha menarikku kekeranjang kecil miliknya