Gerimis Pengantin
Alangkah indahnya
bila hujan di malam hari tidak lagi dinikmati dengan kesendirian dan saat
bangun pagi tengah gerimis Nampak ada kopi hangat nan Harum yang kita tidak
lagi bertanya siapa yang mengaduknya. Orang itu bukan siapa-siapa, Kopinya pun
tidak dijual. Semuanya halal dan mungkin Gerimis dan hujan yang membuat kita
mendapatkan keduanya. Adnan_Junaedi.
----------------------------------------------------
Tidak bisa dipungkiri
bahwa dimusim ini banyak yang menjadikan hujan sebagai salah satu bahan utama dalam
adonan ceritanya. Ini membuktikan bahwa dinginnya hujan begitu merasuki sukma
para penulis hingga membuahkan karya yang mugkin tidaklah musiman.
Sejauh ini sudah ada
kurang lebih 30-an Artikel saya baca yang menggunakan kata hujan sebagai Isusentralnya. Tetapi para punggawa bijak dipelosok desa kadang sering kali
memaknai hujan dg arti lain. Bagi mereka Hujan telah membangunkan Pepatahnya
setelah tertidur selama Musim kemarau. Mereka tidaklah menulis apalagi Curhat
di Facebook, Twitter, BBM atau media Sosial yang lain. Mereka punya cara
sendiri mengapresiasi datangnya musim hujan. Ritual musim hujan biasanya
dibumbuhi dengan Kopi Hitam, rokok tembakau dan Anak Muda, tanpa mantra dan
tanpa tumbal seorang wanita. Bagi mereka, Hujan selalu mbuahkan pertanyaan kepada
Anak Muda.
"Bagaimana AnakMuda, sekarang sudah hujan?" Pertanyaan sederhana mereka dengan sambil
tersenyum canda setelah meneguk Kopinya.
Namun Candaan itu
begitu menagih, seakan ada revolusi mental yang hendak mereka tawarkan diluar
arena Dewan. Pertanyaan itu dikemas begitu sarat makna, dengan kopi hitam dan
rokok tembakau sebagai sekutunya, serta anak muda sebagai browser pencariannya
yang nantinya akan mengarah kepada kemaslahatan dirinya sendiri. Saya sendiri
sadar pertanyaan ini begitu menguliti mental dan pikiran saya beberapa tahun
lalu karena belum bisa menjawabnya dengan tepat. Tetapi akhirnya saya menemukan
kesimpulan bahwa hujan tidaklah bermaksud mengajarkan kita tetang kedinginan
tetapi mengarahkan kita mendapatkan kehangatan yang semestinya.
Banyak anak muda yang
paham, tetapi tidak sedikit juga yang gagal paham. Pertanyaan tadi adalah
pembangkit sekaligus ultimatum kesadaran buat anak muda agar tetap merasa
hangat dalam suasana apapun dengan mensegerakan Menikah apabila dirinya telah mampu/memenuhi
syarat dan Hujan disini adalah salah satu instrument yang akan memperindahsuasana ikatan pernikahan itu. Begitu kesadaran terefleksi dengan ultimatum
tersebut maka system kesadaran akan
mengevaluasi kinerja pada kehidupan kita selama ini sampai mendapatkan rentetan
misi hidup yang benar-benar kita butuhkan. Misi-misi kehidupan itulah yang
nantinya akan kita perjuangkan, contohnya menikah apabila hal itu yang benar-benar
kita butuhkan sebagai anak muda.
Bagi
anak Muda yang paham dan tengah memenuhi syarat biasanya pertanyaan itu menjadi
suatu peringatan agar memanfaatkan musim hujan ini dengan baik dan sebagai dorongan
Moral dan Spiritual dalam menjaga keseimbangan Alam sekaligus usaha menyempurnakan
separuh dari agamanya. Berbeda bagi yang belum paham, pertanyaan tadi merupakan
pelajaran baru dalam memaknai salah satu pesan yang di bawa hujan yang akan
mbuat mereka tidak lagi menghabiskan waktunya pada sesuatu yg tidak perlu.
Tiga
hari belakangan ini hujan cukup deras, Maka jangan tunggu hujannya reda Anak
Muda…!!!
Korban Gerimis_Hujan
Adnan_Junaedi
Comments
Post a Comment